Senin, 10 Juni 2013

PUSTAKAWAN BERKOMPETENSI

Diposting oleh Unknown di 03.34 0 komentar

Seorang pustakawan seharusnya memiliki latar belakang atau kemampuan (skill) dalam mengelola informasi. Perubahan yang membentuk kompetensi Pustakawan pada abad 21 ini adalah salah satu peran mengembangkan perpustakaan. Dalam rangka untuk merancang perpustakaan untuk kebutuhan pengguna di masa depan. Kita perlu memeriksa berbagai elemen yang terlibat dalam berbagai kompleks perpustakaan yang kita miliki sekarang termasuk kinerja pustakawan tersebut. Seharusnya pustakawan abad 21 ini memiliki kompetensi yang mencakup sebagai berikut:
1.      Mengumpulkan Informasi
Pustakawan harus mampu mengumpulkan  dan mengetahui bagaimana mengakses informasi sesuai yang dibutuhkan pemustaka. Oleh karena itu Pustakawan harus memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber informasi, keterampilan dalam penelusuran informasi, keterampilan dalam penggunaan/pengoperasian teknologi informasi dan komunikasi, dan mampu mengenali pemustaka dan kebutuhan informasinya. Saat ini untuk masa yang akan datang, koleksi/ sumber-sumber informasi tidak hanya dalam media cetak tetapi juga media non cetak.
2.      Mengelola Informasi
Pustakawan harus mampu memproses atau mengolah informasi yaitu membuat informasi yang dibutuhkan mudah ditemukan kembali oleh pemustaka. Sistem informasi apapun yang digunakan prinsipnya adalah user friendly. Oleh karena itu pustakawan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan informasi, seperti katalogisasi, klasifikasi baik secara manual maupun berbasis teknologi. Sebab untuk sekarang dan masa yang akan datang dengan perkembangan teknologi yang semakin modern menuntut pustakawan mampu mengolah informasi berbasis teknologi, hal ini juga mendukung perkembangan perpustakaan untuk masa yang akan datang.
3.    Menyebarkan informasi
Pustakawan harus mampu menyebarkan informasi berarti memberikan layanan informasi seperti yang diinginkan pemustaka. Oleh karena itu pustakawan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan penelitian/ kajian/ identifikasi pemustaka guna memperoleh gambaran yang jelas tentang karakteristik pemustaka sehingga dapat dirancangkan model layanan informasi yang sesuai dan tepat sasaran. Selain itu pustakawan harus memiliki sikap marketing agar produk perpustakaan baik itu berbentuk barang, jasa, dan ide yang disediakan/ditawarkan diterima dan dimanfaatkan oleh pemustaka.  
Selanjutnya pustakawan harus memiliki keterampilan komunikasi baik dalam bentuk komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi ataupun massa sebagai upaya menjalin hubungan dan membangun kerjasama yang baik.  
Membangun pemustaka yang literat juga merupakan hal paling penting dari layanan perpustakaan yang dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif, inovatif dan mengedepankan selera pemustaka. Prinsip one game one customer dapat diadaptasi untuk memberikan kepuasan layanan perpustakaan. Menjadi bagian dari sebuah komunitas atau kelompok yang memiliki kebutuhan dan peminatan yang sama menjadi penting ketika pengetahuan dikonstruksi bersama orang lain. Dengan kata lain menjadi literat merupakan usaha yang dibangun bersama orang lain. Oleh karenanya pustakawan harus menjadi kreator,fasilitator, dan motivator bagi terbangunnya pemustaka-pemustaka yang literat. (Damayani,2011).
Dosen Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.
4.     Pemeliharaan Informasi
Menyelamatkan hasil pemikiran manusia yang terekam dan terdokumentasikan melalui cara-cara yang aman bagi kepentingan pengembangan pengetahuan dan peradaban juga menjadi tanggung jawab pustakawan. Mengoptimalkan usia pendayagunaan koleksi pustaka/informasi dari generasi satu ke generasi lain menjadi penting mengingat manusia mengembangkan diri melalui pengetahuan yang diperolehnya dari hasil pemikiran manusia-manusia terdahulu. Oleh karena itu pustakawan harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan preservasi preventif yang memadai mulai dari seleksi akuisisi, penyimpanan, diseminasi dan pelestarian bahan pustaka /informasi untuk menghindari atau meminimalkan kerusakan.
Melalui pemaparan tentang kompetensi pustakawan maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi berupa kemampuan yang harus dimiliki pustakawan abad 21 untuk pemustaka abad 21 dan seterusnya yang bertujuan membangun dunia perpustakaan agar lebih maju lagi. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pustakawan tersebut terdiri dari hard skill dan soft skill. Hard skill berupa kemampuan kerja mengelola informasi (collecting, processing, disseminating, preserving) secara teknis, termasuk berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bagi terselenggaranya kegiatan layanan perpustakaan/informasi. Sedangkan soft skill berupa kemampuan membangun relasi, interaksi dan bekerjasama dengan dengan orang.  lain dalam mengelola informasi (collecting, processing, disseminating, preserving), seperti communication skill, interpersonal skill, entrepreneurship, leadership.
                Oleh karena itu mulai dari sekarang seorang pustakawan seharusnya sudah memiliki kemampuan (skill) dan tentunya sudah berlatar belakang atau sudah menempuh pendidikan perpustakaan.

Pustakawan Abad 21 bukan Lagi Berteman dengan Kemoceng

Diposting oleh Unknown di 03.33 0 komentar

  
   
  Sering kali profesi pustakawan dikatakan sebagai penjaga buku yang bertemankan sebuah kemoceng. Ya kerjanya cuma bersihkan debu, nyusun-nyusun buku. Hal ini melekat sampai dengan sekarang. Tetapi perlu kita ketahui profesi pustakawan abad 21 tidak lagi berteman dengan kemoceng sebab pustakawan masa kini dituntut untuk memiliki skill. skill yang mereka miliki berupa kemampuan menemukan informasi, mengolah informasi, menyebarkan dan memelihara informasi tersebut. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang gampang lo ....

     Pustakawan juga dituntut untuk kreative dalam penyampaian/ menyebarkan informasi kalau tidak pemustaka tidak akan tertarik datang keperpustakaan tersebut. Pustakawan juga harus mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seiring perkembangan zaman yang semakin modern. Jika tidak pustakawan akan dicap gaptek dong oleh pemustakannya. Pustakawan yang diinginkan oleh pemustaka pada abad 21 ini adalah pustakawan yang mengetahui keinginan dari pemustakannya. Oleh karena itu pustakawan harus menguasai bidangnya. Tidak hanya itu etika yang baik juga harus dimiliki setiap pustawan. Hal-hal ini lah yang membuat pemustaka mencari pustakawan untuk mendapatkan informasi.

Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah

Diposting oleh Unknown di 03.30 0 komentar

Negara maju dominan dengan budaya baca yang tinggi ini adalah salah satu ciri-ciri negara maju itu sendiri. Bagi mereka di negara maju buku adalah kebutuhan pokok dan membaca adalah bagian dari hidup mereka. Dengan tulisan yang berbobot semakin diminati dan dari waktu kewaktu buku dan media lainnya meningkat kualitas dan kuantitasnya.
Besarnya arti dan manfaat membaca, maka masalah membaca ini maendapat perhatian kusus dari Pemerintah. Namun upaya dalam membudayakan minat baca ini belum begitu banyak perhatian. Jika adapun, mereka membaca hanya sekadar untuk memperoleh informasi, menambah pengetahuan,ini bukanlah tujuannya. Inilah yang melahirkan bacaan-bacaan yang tidak bermutu (Bachtiar Nainggolan, 1996).
Semakian tingginya minat baca, erat hubungannya dengan tingkat pendidikan di negara tersebut. Demikan sebaliknya, dan seterusnya  bisa mengukur tingkat ketinggian "moral" negara bersangkutan. Dengan membaca, negara tersebut dapat mengejar ketertinggalannya. Sebagai contoh, beberapa tahun yang lalu di Inggris dan Amerika Serikat, diluncurkannya buku kelima serial Harry Potter,  karya JK Rowling dengan judul "Harry Potter and the Order of the Phoenix". Buku ini menceritakan tentang kegelapan dunia sihir. Buku ini sangat laris dan menjadi bahan bacaan berjuta-juta anak di Inggris dan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan tingkat bacaan anak-anak Inggris dan Amerika Serikat sangat tinggi. Buku ini mampu mengantarkan dunia baca anak-anak tersebut kepada dunia pencerahan dan revolusi pada zaman ini. Hal tersebut mampu mengembalikan anak-anak dari layar televisi dan klomputer. Hal inilah yang belum ada pada bangsa Indonesia. Di Indonesia sendiri buku tersebut sudah diterbitkan oleh Gramedia Kompas, dibeli dan dibaca oleh anak-anak dari kalangan  terbatas, sebab disamping tebal harganya juga mahal. Fenomena ini menurut harian Kompas ( 29 Juni 2003 ), telah membongkar tesis tentang buku anak-anak Indonesia selama ini harus tipis dan banyak gambarnya.
Isu minat baca di negara Indonesia muingkin tidak lagi dikatakan isu tetapi memang terbukti adanya. Hal ini dibuktikan dari persentasi negara-negara yang memiliki minat baca tertinggi, Indonesia berada pada urutan persentasi yang terbawah. Pada hal dinegara-negara maju persentasinya sudah hampir 99,0 %. Lihat saja pada kebiasaan orang Jepang hal yang biasa mereka lakukan tiap hari yaitu membaca, pada saat menunggu bus atau kereta pun mereka habiskan untuk membaca koran atau buku hal ini sudah menjadi budaya bagi mereka. Sedangkan orang Indonesia pada waktu luang menunngu bus atau kereta  mereka habiskan untuk mengotak atik Hp atau bercerita. Keadan ini sangat lah saling bertolak belakang dan ini adalah bukti bahwa negara mereka sangat lah maju, rakyatnya saja menghabiskan sebagian hidupnya untuk budaya membaca.
Butuh kesabaran dan perjuangan untuk Indonesia membudayakan budaya baca, apalagi di jadikan kebutuhan pokok. Beberapa hal yang mengidentifikasi rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yaitu koleksi buku atau terbitan judul buku yang tidak seimbang atau masi rendah dibandingkan dengan jumlah penduduknya, koleksi yang tidak sesui dengan keinginan masyarakat juga mempengaruhinya.
Dengan periode umur yang berbeda masih banyak juga orang-orang yang berada pada periode keterbelakangan contohnya saja nenek atau orang tua kita. Maka generasi pada periode kitalah yang seharusnya gigih menggerakkan budaya baca tersebut Yang akan ditiru turun- menurun oleh generasi-generasi kita berikutnya. Hal yang pertama memepengaruhi budaya adalah keluarga. Didalam sebuah keluargalah anak-anak belajar tentang budaya seperti halnya sebelum tidur harus membaca doa, hal ini adalah salah satu contoh budaya orang Indonesia. Orang tua berperan sangat penting dalam pengembangan suatu budaya termasuk budaya baca dalam keluarga. Disini orang tua harus menghidupkan suana rumah sebagai taman baca yang dapat menyihir anak-anaknya agar dapat menjadi kebiasaan kebiasaan yang lama-kelamaan akan membudaya. Tidak hanya itu anak-anak juga harus diberi bahan bacaan yan bermutu dan berkualitas, yang akan meningkatkan mutu anak Indonesia kedepannya. Orang tua bisa saja memberikan satu ruang baca yang membuat anak-anaknya nyaman dan tertarik untuk berada disana. Dan gunakan tempelan-tempelan dengan gambar menarik tetapi tetap ada bacaan dibawahnya apakah itu tentang tumbuhan atau binatang dan lainnya. Semua ini kembali lagi tergantung kepada orang tua yang gigih dan mendidik anak-anaknya dengan baik.
Sekolah juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk membudayakan minat baca anak-anak. Banyak cara yang bisa dilakukan sekolah untuk menumbuhkan minat baca siswa yaitu mengadakan hari bercerita dimana siswa bebas menceritakan tentang buku apa yang pernah dia baca selagi bacaannya tersebut mendidik, hal ini akan berkemungkinan menimbulkan penasaran kepada siswa lainnya untuk membaca buku tersebut. Mengadakan lomba minat baca, menerbitkan daftar buku untuk anak,  menjalin kerjasama anatar perpustakaan sekolah dalam promosi minat baca dan masih banyak lagi ide-ide untuk membudayakan minat baca tergantung pada kreativitas orang-orang yang terkait. Oleh sebab itu, perpustakaan sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan para siswa nya dengan menyediakan koleksi-koleksi yang bagus dan menarik tidak hanya buku-buku pelajaran tapi juga dengan koleksi-koleksi umum yang bersifat mengajar dan mendidik.
Media dan tempat-tempat wisata yang banyak disukai anak-anak juga bisa dijadikan saran membudayakan minat baca. Seperti halnya komputer yang bisa menyediakan koleksi buku-buku menarik secara digital dan tempat-tempat wisata yang menyediakan ruang baca  atau perpustakaan mini untuk anak sehingga pada waktu anak-anak bosan bermain ia bisa berkunjung untuk membaca walau sebentar tetapi dengan catatan tempat yang menarik. Bagaiman anak-anak bisa tertarik masuk sedangkan melihat tempatnya saja tidak menarik. Misalnya saja kebun binatang yang menyediakan gubuk bacaan tentang margasatwa yang ada dan tempat-tempat berbelanja yang menyediakan pojok bacaan, tidak jarang juga anak bosan menemani orang tuanya berbelanja dan ia dapat menbaca disana. Ini juga bertujuan menghindari anak dari sifat metrialistik.
Dengan perkembangan zaman yang smakin modern dalam ilmu pengetahuan teknologi dan SDM yang semakin berkualitas. Maka membaca adalah suatu yang harus karna dapat menyerap informasi yang melahirkan manusia yang cerdas dan kritis. Memang banyak rintangannya tetapi jika tidak dimulai sekarang kapan lagi. Kita perlu membangun tekat yang kuat dan meyakini bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa harus dimulai dengan membaca. Membaca dapat menentukan kualitas seseorang, bahkan kualitas bangsa. Sebab dengan membaca kita dapat mengantarkan individu yang mencerahkan. Dan sekaligus membawa perubahan cara pandang, sikap maupun perilaku. Dengan membaca kita mengetahui dunia dan mampu bersaing dengan Negara lain.

Senin, 03 Juni 2013

Pelestarian Bahan Pustaka

Diposting oleh Unknown di 23.51 0 komentar
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tugas pelestarian bahan Pustaka tidaklah hal yang mudah. Tetapi hal ini bukanlah hal yang baru bagi pusrakawan. Di Indonesia sendiri banyak musuh-musuh yang menyerang bahan pustaka misalnya tikus, serangga, mikroorganisme, bencana alam dan akibat ulah mausia sendiri.
Bahan pustaka berupa kertas rentan terhadap kerusakan seperti mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda dan sebagainya. mutu suatu kertas memperlihatkan cepat lambatnya kerusakan kertas tersebut juga tergantung pada iklim dan cara perawatannya.
Demi kelancaran pelestarian bahan pustaka, seharusnya pustakawan profesional terhadap kinerjanya. Pustakawan harus mampu memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kecil, maupun kerusakann besar. Mampu melakukan restorasi bahan pustaka terutama dalam menghilangkan noda pada bahan pustaka, penjilidan, mengganti halaman yang rusak dan memperbaiki halaman yang robek kena serangan serangga, memperbaiki bahan pustaka yang basah, atau terkena jamur dan sebagainya.
I.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan mengetahui penyebab kerusakan bahan pustaka dan cara memperbaiki bahan pustaka yang disebabkan oleh berbagai macam kerusakan.




BAB II PEMBAHASAN
II.1 Macam-Macam Perusak Bahan Pustaka
Sejak zaman Aristitoles 335 SM dulu masalah kerusakan bahan pustaka telah menjadi pembicaraan. Aristitoles, Macedonia, Ausonins dan Antiphanes telah membuktikan bahwa berbagai jenis serangga tertentu menyebabkan kerusakan bahan pustaka. Hal ini tergantung pada keadaan iklim dan alam setempat, serta lingkungannya. Jenis perusak bahan pustaka didaerah yang beriklim sedang atau tropis berbeda dengan perusak bahan pustaka dari daerah beriklim dingin.
Plumbe (1966) menjelaskan tentang berbagai perusak bahan pustaka untuk daerah tropis, terutama yang terkenal di Indonesia yaitu serangga, binatang pengerat, jamur, kelembaban, debu. Dan bencana alam seperti gempa bumi, angin topan dll.
Ada beberapa faktor kerusakan bahan pustaka sebagai berikut :
1.    Faktor Biologi
Bahan pustaka terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup seperti serangga, jamur dan binatang pengerat dll. Dengan kondisi lingkungan yang lembab dan suhunya yang tinggi dalam suatu ruangan maka akan banyak ditemukan bahan pustaka yang rusak yang disebabkan oleh :
a.    Binatang pengerat
Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang termasuk tikus dan merupakan perusak bahan pustaka yang sukar diberantas. Tikus tidak hanya merusak bahan pustaka tetapi juga dapat menyebabkan penyakit bagi manusia dengan air kencingnya. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pencegahan seperti ruang penyimpanan yang harus bersih dan kering juga penutupan lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk.
b.    Serangga
Serangga merupakan hal perusak yang sangat berbahaya, makanan yang digemarinya yaitu lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Kerusakan terbesar yang terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Jenis-jenisnya yaitu seperti rayap yang mampu memusnahkan kayu, kertas, foto dsb. Kecoa dengan kotorannya yang berupa cairan dapat merusak  keutuhan bahan pustaka. Ikan perak merupakan serangga tidak bersayap yang sering merusak punggung buku, kulit, label buku. kutu buku dapat mengkikis permukaan kertas yang dilakukan oleh larvanya. Yang sering disrang yaitu punggung dan dan pinggir kertas. Ngengat pakaian yaitu serangga yang senang hidup ditempat-tempat yang gelap yang sering menyerang kertas dan kulit buku. Kumbang. Dan terakhir yang banyak ditemukan diperpustakaan yaitu kumbang jenisnya sebagai berikut: kumbang kulit, kumbang bubuk, kumbang bertanduk panjang, kumbang laba-laba yang larvanya sering sekali makan selulose bahan-bahan pustaka. \
c.    Jamur
Jamur (Fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Jamur berkembangbiak dengan spora, yang dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembangbiak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembapan tinggi. Jenis jamur beracun yang biasa kita lihat di pakaian dan kertas merupakan ancaman besar bagi bahan pustaka.
Jamur memproduksi beberapa macam bahan organik seperti asam oksalat, asam formiat, da asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehinng mengurangi daya rekat  dan merusak tinta sehingga tulisanpun tidak terbaca. Dan jamur dapat menempel pada bahan pustaka sehingga lembar satu sama lain saling lengket dan sobek jika dibuka. Jamur bisa bisa di bersihkan dengan alkohol dan tidak akan tumbuh lagi.
2.    Faktor fisika
Selain factor biologi seperti serangga,mikroorganisme,tikus dan sebagainya ada lagi perusak bahan pustaka yang hebat yaitu yang disebut factor fisika misalnya debu, cahaya, suhu dan kelembaban. Jenis perusak bahan pustaka ini tidak boleh diabaikan,karena benar – benar bisa membawa kerusakan yang besar.
a.       Debu
Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu jendela,atau lubang – lubang angin perpustakaan.apabila debu melekat pada kertas,maka akan terjadi reaksi kimia yang meningkatkan tingkat keasaman  pada kertas,akibat nya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak.di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab,debu yang bercampurdengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku.debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari kenalpot kendaraan memiliki daya rusak yang paling tinggi bagi buku tersebut.
b.      Suhu dan kelembaban
kerusakan kertas yang diakibatkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering,sedangkan jilidannya sendiri menjadi longgar.disamping itu suhu yang tinggi itu dapat mengakibatkan kertas menjadi rapuh,warna kertas menjadi kuning sebaliknya apabila lembab nisbi terlalu tinggi,buku akan menjadi lembab sebagai akibatnya buku mudah diserang jamur,rayap,kecoa,kutu buku,dan ikan perak
c.       Cahaya
kertas yang kepanasan akan rusak berubah warna menjadi kuning dan rapuh maka hindarilah sinar ultra violet yang masuk langsung ke perpustakaan kerusakan yang terjadi karena sinar ultra violet dapat memudarnya tulisan,sampul buku,dan bahan cetak selain itu kertas juga akan menjadi rapuh.proses kerusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara sehingga menimbulkan perubahan warna buku menjadi kuning kecoklatan dan kadar kekuatan serat pada kertas sangat menurun drastis.
3.    Faktor kimia
Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa – senyawa kimia itu akan terurai.oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dan udara menyebabkan jumlah gagasan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas.hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O) reaksi hidrolis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat akibatnya kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh.
4. Faktor lain
 a. Manusia
manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku,tetapi juga bisa menjadi perusak buku yang hebat.berdasarkan kenyataan yang ada,kerusakan buku karena ulah manusia.misalnya pembaca di perpustakaan secara sengaja merobek bagian – bagian tertentu dari sebuah buku misalnya diambil gambarnya,tabel – tabel statistiknya.sering terjadi juga kerusakan justru disebabkan oleh pustakawan sendiri sehari – hari bergelimang dengan buku,petugas yang tidak memiliki rasa sayang kepada buku dan tidak pernah belajar bagaimana melestarikan dan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal bagi pustakawan itu sendiri.

b. Bencana alam
bencana alam seperti kebakaran atau banjir,dapat mengakibatkan kerusakan pada koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang relative sangat singkat oleh karena itu pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut.
Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
1) alat – alat dalam gedung digunakan yang tahan api.
2) perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran.
3) Dilarang merokok di dalam ruangan perpustakaan tersebut.
4) Pemakain peralatan listrik harus hati – hati.
Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda  beberapa tempat di Indonesia bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.

II.2 Perbaikan Bahan Pustaka Dan Restorasi
Setelah kita mengetahui berbagai macam perusak bahan pustaka dan macam kerusakan yang ditimbulkannya,maka kita harus dapat memperbaikinya.pekerjaan pekerjaan memperbaiki bahan pustaka ini disebut restorasi pekerjaan itu meliputi:
1.      Menambal kertas
Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku,dari halaman depan sampai belakang.kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas,sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek.kerusakan dapat pula terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai karena sering dipakai,bahan pustaka menjadi tipis pada bagian lipatan,kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan menambalnya.lalu penambalan kertas yang robek memanjang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:(1.)penambalan dengan kertas jepang(sejenis kertas untuk kertas laminasi) (2.)penambalan dengan kertas tissue(heat tissue paper) menambal dengan kertas jepang dikerjakan bila ada halaman buku yang robek baik robeknya lurus maupun tidak lurus.penambalan ini dapat dilakukan jika robeknya hanya sepanjang 3 cm sampai dengsan diatas 10 cm kerusakan itu harus segera diperbaiki,kalau tidak robeknya akan merambat dan mengakibatkan separuh halaman tersebut bisa hilang,dan penggunaan system potong basah yaitu memotong kertas jepang tersebut dengan alat yang dibasahi misalnya kuas kecil atau trekpen yang di basahi ujungnya.bekas basahan kuas akan memudahkan kertas jepang dirobek dengan tangan dengan cara ini,pada bagian tepi kertas untuk menambal akan terdapat serabut kertas sehingga waktu ditempel akan dapat menempel dengan sempurna.
2.        Memutihkan kertas
Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan ini dapat diputihkan dengan cara menggunakan berbagai zat kimia seperti (1)chloromine T,(2)gas chlordioksida,(3)natrium chloride,(4)potasium permanganate,(5)natrium hypochlorite,(6)hydrogen peroksida.pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulis baik tulis cetak maupun tulisan tangan.tetapi kalau memang dianggap sangat perlu,dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.
Cara memutihkan kertas:
a)      Menggunakan chloromine T
Chloromine T 2 1/2  %  dilarutkan kedalam air,kertas yang akan diputihkan diletakkan diatas kertas penyerap,kemudian diolesi dengan larutan chloromine cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai keuntungan memakai zat ini ialah tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.
b)      Menggunakan gas chlordioksida
Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik,seperti pada chloromine T,gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya kertas yang akan diputihkan dengan cara dicelupkan kedalam larutan selama lima menit kemudian diangkat agar kertas tidak robek dapat dibantu dengan penyangga  kaca.
c)      Menggunakan natrium chloride
Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCI dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana.tambahkan 75 ml formaldehida 40% rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki dengan bantuan kaca ambil lembaran kertas  tadi dan masukkan kedalam air bersih agar residu zat pemutihnya hilang.
d)     Menggunakan potasium permanganate
Bahan yang dipergunakan ialah KMn0 0,5 – 5% dilarutkan kedalam lembaran yang akan diputihkan di rendam didalamnya selama 5 menit kemudian dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan natrium tiossida 5% untuk menghilangkan warna coklat pada kertas tersebut.
e)      Menggunakan natrium hipochlorida
Bahan ini bereaksi sangat lamban karena itu baik untuk kertas tetap harus selalu memperhatikan PH yaitu 11 untuk mendapatkan PH yang dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga tanpa larutan penyangga PH akan tertutup kadarnya akan naik pakailah larutan penyangga sehingga PH tidak turun melampaui angka 7.

f)       menggunakan hydrogen peroksida
Bahan ini bereaksi cepat,biasanya disimpan dalam konsentrasi 30% di dalam botol atau dalam kaleng tertutup bahan ini tidak tahan dengan sinar matahari kadarnya akan turun jika kena sinar matahari karena itu harus disimpan di tempat yang gelap sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah diturunkan kadar keasamannya hydrogen peroksida 30% dibuat H2O2  5 – 10% dengan ditambahkan ammonia sampai PH nya antara 9,5 – 10,5 memasukkan kertas yang akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang dikehendaki.
3.      Mengganti halaman yang robek
Halaman yang robek dan robekannya tak dapat diperbaiki dengan menambalnya atau sudah hilang harus diganti membuatkan foto copy nya,foto copy tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku yang robek itu kemudian disiapkan dan ditempelkan dengan lem secara hati – hati pada bagian yang hilang karena penyisipan dilakukan pada buku yang terjilid ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut.
4.      Mengencangkan benang jilidan yang kendur
            Kalau belum terlalu parah,kita cukup mengencangkan benang yang menjadi longgar dengan menariknya dengan jarum benang kita jahit dan matikan benang yang longgar tadi,kalau sudah terlalu parah maka bukalahkertas pelindung dan sampul buku sekaligus lihatlah benang nya kencangkan yang longgar sambung yang putus atau ganti benang dengan menjilidnya lagi.

5.    Memperbaiki punggung buku,segel,atau sampul buku yang rusak
Dengan alat – alat penjilidan yang sederhana,berbagai kerusakan di atas dapat diperbaiki.seperti pada perbaikan benang jilidan di atas maka kerusakan buku,engsel buku dan sampul buku harus dilakukan dengan membongkar buku yang rusak itu kemudian perbaiki atau menggantinya dengan yang baru.

                         













 

Jendela Ilmu Perpustakaan Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei